Saat kita merencanakan, terkadang kita
lupa bahwa Allah sudah terlebih dahulu memiliki rencana. Tentunya rencana yang
Allah tulis adalah yang terbaik untuk kita.
Aku dan Arvan memiliki rencana besar dalam menjalani hubungan yang tidak
sebentar ini. Sejak SMA, kita memang bermimpi akan sampai menuju pernikahan
impian. Mungkin ini lucu, dua anak remaja yang belum tau apa-apa, sudah
memikirkan pernikahan.
Sekitar tahun 2010 kita sepakat untuk serius, tidak main-main. Tapi nyatanya
banyak rintangan yang kita hadapi. Tidak mudah mencintai seseorang terlalu dalam
pada saat itu, sehingga ketika aku merasa kecewa sakit hati yang aku rasa juga
berbanding lurus dengan kuatnya perasaan yang aku pelihara dalam hati.
Sepanjang jalan kenangan, aku ingat hal apa saja yang bisa membuatku lebih baik
dari sebuah hubungan yang nyatanya adalah kesalahan terbesar dalam hidupku ini.
Begitupun sebaliknya, aku sangat ingat betul hal apa saja yang membuatku lebih
buruk akibat hubungan yang memang seharusnya tidak terjadi ini.
Menyesal? Tentu tidak. Karena semua itu tidak akan pernah ada artinya sama sekali.
Yang harus ku lakukan saat ini hanya
bersyukur, dan mengambil pelajaran dari apa yang pernah aku lakukan.
Tahun berganti tahun, banyak cerita yang kita lewati. Hingga kelulusan yang kita nantikan akhirnya tiba. Perasaan bahagia sekaligus sedih, karena harus berpisah dan melanjutkan hidup yang baru.
Tahun berganti tahun, banyak cerita yang kita lewati. Hingga kelulusan yang kita nantikan akhirnya tiba. Perasaan bahagia sekaligus sedih, karena harus berpisah dan melanjutkan hidup yang baru.
Arvan masih menemaniku, hingga aku
masuk ke perguruan tinggi. Sementara dia memilih untuk bekerja, akupun fokus
menyelesaikan kuliahku.
Tidak ada yang berubah sebelum sosok
wanita masuk ke dalam hidupnya, bukan hanya satu tapi beberapa. Semua itu
membuat aku dan Arvan sempat berpisah sekitar 11 bulan lamanya.
Dan kamu tau? Kesalahan terbesar yang
aku lakukan berawal dari sini.
Bodohnya, aku terlalu egois memikirkan
perasaanku. Memaafkan semua kesalahannya dan kembali menjalin hubungan
dengannya. Arvan berjanji tidak main-main lagi. Dia begitu menyesal sudah
mengizinkan wanita-wanita itu masuk ke kehidupannya. Katanya, ternyata aku yang
bisa membuat dia kembali pulang.
Hari-hari terus berlalu, hingga
akhirnya kelulusan kuliahku tiba.
September 2016.
Arvan masih menemaniku, dia semakin
lebih baik setelah maut hampir menjemputnya. Itu terjadi di tahun 2015. Nanti
aku ceritakan di episode selanjutnya ya.
Satu tahun dari kelulusanku..........
Sore itu, dia mengirim pesan via
whatsapp kepadaku. Dia bilang dia ingin bertemu dan membicarakan sesuatu
tentang hubungan aku dengan dia.
“Hai Vem, makan yuk…”
“Kemana?”
“Tempat biasa aja, di Jatinangor”
“Oke Van, jemput jam empat sore ya..”
“Oke cantik…”
Kemudian, dia datang tepat waktu. Arvan
menjemputku dirumah dan membawaku ke tempat makan yang biasa kita kunjungi.
Sampai disana memesan makanan masing-masing. Selagi menunggu pesanan yang
kebetulan tumben sekali itu makanan ga dateng-dateng lama banget,
tapi ini kesempatan dia membuka perbincangan.
“Vem, tadi ayah nanya sama aku..”
“Nanya apa? Terus?”
“Dia bilang, bagaimana hubungan kita,
ayah minta kita atur waktu untuk mengadakan pertemuan”, singkatnya.
Orangtua Arvan ingin bertemu dengan
orangtuaku.
Aku senang mendengar kabar baik itu dan
berfikir bahwa dia benar-benar serius untuk menjalani hubungan selanjutnya.
Sampai akhirnya aku putuskan agar dia menyelesaikan tugasnya dulu baru nanti
kita atur waktu untuk pertemuan keluarga.
Akupun minta dia untuk izin pada
orangtuaku bahwa dia akan membawa orangtuanya kerumah. Namun setiap dia datang
ke rumah, dia belum saja meminta izin pada mamahku, sampe terjadi drama debat
yang tak berujung ketika aku membahas tentang hal itu.
Hingga akhirnya tepat tanggal 28
Oktober 2017…
Malam itu, Arvan mengunjungi komplekku diam-diam. Dia bilang pamit mau Kopdar tapi ternyata dia datang menontonku yang saat itu menjadi MC acara di komplekku. Hmm Kopdar? Ya… Arvan memang anggota komunitas motor. Salah satu member Jupiter MX Community, haha sebut merk deh. Ga apa-apa jangan dicari ya. Ga akan ketemu. Tapi aku tidak ingin bercerita bagian itu ya, oke lanjut..
Ini bukan kali pertama Arvan memberiku
kejutan kecil, dan bagiku ini yang paling berkesan. Malam itu, saat aku sibuk
diatas panggung Arvan diam-diam sudah ke rumah dan mengobrol dengan orangtuaku.
Kemudian sepanjang aku ngemsi dia foto-foto aku di atas panggung lalu dia kirim
ke whatsAppku.
*satu pesan gambar diterima.
“Kamu disini? Disebelah mana? Katanya
Kopdar ih” Tanyaku membalas pesannya.
“Rahasia” jawabnya.
Kemudian aku lihat satu orang laki-laki
di dekat tembok yang wajahnya diterangi sinar henpon. Dan ku pastikan itu dia
ada disana.
“Sini, ke belakang panggung”
“Km yang kesini, aku mau pulang”
“Oh oke tunggu sebentar” Kataku, dan
segera menghampirinya.
Saat bertemu dengannya, bukan sapaan
yang aku lontarkan tapi sebuah tuduhan.
“Kamu bohong”
“Hehehe, maafin tadi aku dari rumah
ngobrol sama mamah”
“Ngapain?”
“Udah inimah urusan aku sama mamah,
kalo mau tau kalo berani Tanya mamah aja ya”
“Hadeuuuh… Maen Rahasia-rahasiaan nih”
“Yaudah sana, acara belum beres. Urusan
aku udah beres. Aku Kopdar dulu ya”
Dia mulai pamit sambil bergegas
menaikki motor birunya.
“Apaan Kopdar, engga kamu pulang udah
malem. Cileunyi – Gasibu itu lumayan Van!” kataku melarang.
“Sebentar aja yaa, udah itu langsung
pulang” Jawabnya sedikit membujuk.
Aku diam.
“Yayayaya… Tanggung di luar ini, susah
kalo udah di rumah mah” sambung Arvan.
Aku tetap diam.
“Ih kamu mah, yaudah da akumah tetep
mau Kopdar” sambung Arvan lagi sambil senyum meledek.
“Ah kamu maaaah….. Yaudah hati-hati
yaa” Kataku pasrah.
Kemudian Arvan pamit, dan meninggalkan
komplekku bersama motor birunya.
Arvan memang begitu. Susah dibilangin.
Sampe sekarang kayanya sifat yang satu itu masih nempel. Gatau juga sih karena
akupun sudah tidak tau lagi kabarnya.
Ternyata, malam itu Arvan menyampaikan niat baiknya mau menikah denganku. Dia berdiskusi dengan orangtuaku tentang pertemuan keluarga untuk silaturahmi tahap satu. Aku tau ini dari mamahku, sepulang acara mamah bercerita tentang apa yang terjadi saat Arvan datang tiba-tiba tanpa izin kepadaku.
Setelah diskusi demi diskusi akhirnya,
selang beberapa minggu setelah pembicaraan silaturahmi keluarga, dia memberi
kabar bahwa orangtuanya akan datang nanti tepat dihari ulang tahunku 14
November 2017. Dan benarlah. Pertemuan yang selama ini kita rencanakan akhirnya
terwujud malam itu.
Arvan datang sekitar pukul 20.00 bersama orangtua dan pamannya. Terdengar suara knalpot motornya yang khas telah tiba di depan rumahku. Aku bergegas keluar dan menyambutnya dengan gembira.
"Assalamu'alaikum neng..."
Mamah Arvan menyapaku.
"Wa'alaikumsalam mah, ayo
masuk"
"Selamat Ulang Tahun ya neng,
semoga umurnya semakin berkah"
"Heheheh... aamiin,, makasih ya
mah,, yuk masuk.."
Aku melihat Arvan tersenyum, seakan puas sudah mampu membuktikan apa yang dia katakan beberapa waktu lalu.
"Arvan bakal kasih kejutan terbaik
di ulang tahun kamu tahun ini"
Dan benar saja, bagiku ini adalah ulang
tahun terbaik sepanjang hidupku menjalani hubungan dengannya.
"Masuk Van, ajak bapak sama paman
juga" Aku menyuruh Arvan.
Kemudian..........
hmmm maaf, aku tidak akan menceritakan
secara detail bagaimana suasana pertemuan malam itu. Semua itu sudah tidak
mampu lagi aku ingat. Yang aku ingat adalah......
Pertemuan malam itu adalah pertemuan
pertama dan terakhir antara orangtua dia dan orangtuaku. Karena ternyata,
semua yang kita lewati tidak pernah benar-benar akan memiliki episode
selanjutnya.........
Boleh copy paste ?
BalasHapusCeritamu sama dengan ceritaku .
Supaya rasa ini bisa terbalaskan semuanya .
Ketika ku ceritakan kembali ceritamu .
Boleh kak... jangan lupa mampir di episode selanjutnya..
HapusTerima kasih motivatorku . ❤
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus