Kamis, 14 November 2019

Izin Melamar

Saat kita merencanakan, terkadang kita lupa bahwa Allah sudah terlebih dahulu memiliki rencana. Tentunya rencana yang Allah tulis adalah yang terbaik untuk kita.

Aku dan Arvan memiliki rencana besar dalam menjalani hubungan yang tidak sebentar ini. Sejak SMA, kita memang bermimpi akan sampai menuju pernikahan impian. Mungkin ini lucu, dua anak remaja yang belum tau apa-apa, sudah memikirkan pernikahan.

Sekitar tahun 2010 kita sepakat untuk serius, tidak main-main. Tapi nyatanya banyak rintangan yang kita hadapi. Tidak mudah mencintai seseorang terlalu dalam pada saat itu, sehingga ketika aku merasa kecewa sakit hati yang aku rasa juga berbanding lurus dengan kuatnya perasaan yang aku pelihara dalam hati.

Sepanjang jalan kenangan, aku ingat hal apa saja yang bisa membuatku lebih baik dari sebuah hubungan yang nyatanya adalah kesalahan terbesar dalam hidupku ini. Begitupun sebaliknya, aku sangat ingat betul hal apa saja yang membuatku lebih buruk akibat hubungan yang memang seharusnya tidak terjadi ini.

Menyesal? Tentu tidak. Karena semua itu tidak akan pernah ada artinya sama sekali.


Yang harus ku lakukan saat ini hanya bersyukur, dan mengambil pelajaran dari apa yang pernah aku lakukan.

Tahun berganti tahun, banyak cerita yang kita lewati. Hingga kelulusan yang kita nantikan akhirnya tiba. Perasaan bahagia sekaligus sedih, karena harus berpisah dan melanjutkan hidup yang baru.

Arvan masih menemaniku, hingga aku masuk ke perguruan tinggi. Sementara dia memilih untuk bekerja, akupun fokus menyelesaikan kuliahku.

Tidak ada yang berubah sebelum sosok wanita masuk ke dalam hidupnya, bukan hanya satu tapi beberapa. Semua itu membuat aku dan Arvan sempat berpisah sekitar 11 bulan lamanya.

Dan kamu tau? Kesalahan terbesar yang aku lakukan berawal dari sini.

Bodohnya, aku terlalu egois memikirkan perasaanku. Memaafkan semua kesalahannya dan kembali menjalin hubungan dengannya. Arvan berjanji tidak main-main lagi. Dia begitu menyesal sudah mengizinkan wanita-wanita itu masuk ke kehidupannya. Katanya, ternyata aku yang bisa membuat dia kembali pulang.

Hari-hari terus berlalu, hingga akhirnya kelulusan kuliahku tiba.

September 2016.

Arvan masih menemaniku, dia semakin lebih baik setelah maut hampir menjemputnya. Itu terjadi di tahun 2015. Nanti aku ceritakan di episode selanjutnya ya.

Satu tahun dari kelulusanku..........

Sore itu, dia mengirim pesan via whatsapp kepadaku. Dia bilang dia ingin bertemu dan membicarakan sesuatu tentang hubungan aku dengan dia.

“Hai Vem, makan yuk…”

“Kemana?”

“Tempat biasa aja, di Jatinangor”

“Oke Van, jemput jam empat sore ya..”

“Oke cantik…”

Kemudian, dia datang tepat waktu. Arvan menjemputku dirumah dan membawaku ke tempat makan yang biasa kita kunjungi. Sampai disana memesan makanan masing-masing. Selagi menunggu pesanan yang kebetulan tumben sekali itu makanan ga dateng-dateng lama banget, tapi ini kesempatan dia membuka perbincangan.

“Vem, tadi ayah nanya sama aku..”

“Nanya apa? Terus?”

“Dia bilang, bagaimana hubungan kita, ayah minta kita atur waktu untuk mengadakan pertemuan”, singkatnya.

Orangtua Arvan ingin bertemu dengan orangtuaku.

Aku senang mendengar kabar baik itu dan berfikir bahwa dia benar-benar serius untuk menjalani hubungan selanjutnya. Sampai akhirnya aku putuskan agar dia menyelesaikan tugasnya dulu baru nanti kita atur waktu untuk pertemuan keluarga.

Akupun minta dia untuk izin pada orangtuaku bahwa dia akan membawa orangtuanya kerumah. Namun setiap dia datang ke rumah, dia belum saja meminta izin pada mamahku, sampe terjadi drama debat yang tak berujung ketika aku membahas tentang hal itu.

Hingga akhirnya tepat tanggal 28 Oktober 2017…

Malam itu, Arvan mengunjungi komplekku diam-diam. Dia bilang pamit mau Kopdar tapi ternyata dia datang menontonku yang saat itu menjadi MC acara di komplekku. Hmm Kopdar? Ya… Arvan memang anggota komunitas motor. Salah satu member Jupiter MX Community, haha sebut merk deh. Ga apa-apa jangan dicari ya. Ga akan ketemu. Tapi aku tidak ingin bercerita bagian itu ya, oke lanjut..

Ini bukan kali pertama Arvan memberiku kejutan kecil, dan bagiku ini yang paling berkesan. Malam itu, saat aku sibuk diatas panggung Arvan diam-diam sudah ke rumah dan mengobrol dengan orangtuaku. Kemudian sepanjang aku ngemsi dia foto-foto aku di atas panggung lalu dia kirim ke whatsAppku.

*satu pesan gambar diterima.

“Kamu disini? Disebelah mana? Katanya Kopdar ih” Tanyaku membalas pesannya.

“Rahasia” jawabnya.

Kemudian aku lihat satu orang laki-laki di dekat tembok yang wajahnya diterangi sinar henpon. Dan ku pastikan itu dia ada disana.

“Sini, ke belakang panggung”

“Km yang kesini, aku mau pulang”

“Oh oke tunggu sebentar” Kataku, dan segera menghampirinya.

Saat bertemu dengannya, bukan sapaan yang aku lontarkan tapi sebuah tuduhan.

“Kamu bohong”

“Hehehe, maafin tadi aku dari rumah ngobrol sama mamah”

“Ngapain?”

“Udah inimah urusan aku sama mamah, kalo mau tau kalo berani Tanya mamah aja ya”

“Hadeuuuh… Maen Rahasia-rahasiaan nih”

“Yaudah sana, acara belum beres. Urusan aku udah beres. Aku Kopdar dulu ya”

Dia mulai pamit sambil bergegas menaikki motor birunya.

“Apaan Kopdar, engga kamu pulang udah malem. Cileunyi – Gasibu itu lumayan Van!” kataku melarang.

“Sebentar aja yaa, udah itu langsung pulang” Jawabnya sedikit membujuk.

Aku diam.

“Yayayaya… Tanggung di luar ini, susah kalo udah di rumah mah” sambung Arvan.

Aku tetap diam.

“Ih kamu mah, yaudah da akumah tetep mau Kopdar” sambung Arvan lagi sambil senyum meledek.

“Ah kamu maaaah….. Yaudah hati-hati yaa” Kataku pasrah.

Kemudian Arvan pamit, dan meninggalkan komplekku bersama motor birunya.

Arvan memang begitu. Susah dibilangin. Sampe sekarang kayanya sifat yang satu itu masih nempel. Gatau juga sih karena akupun sudah tidak tau lagi kabarnya.

Ternyata, malam itu Arvan menyampaikan niat baiknya mau menikah denganku. Dia berdiskusi dengan orangtuaku tentang pertemuan keluarga untuk silaturahmi tahap satu. Aku tau ini dari mamahku, sepulang acara mamah bercerita tentang apa yang terjadi saat Arvan datang tiba-tiba tanpa izin kepadaku.

Setelah diskusi demi diskusi akhirnya, selang beberapa minggu setelah pembicaraan silaturahmi keluarga, dia memberi kabar bahwa orangtuanya akan datang nanti tepat dihari ulang tahunku 14 November 2017. Dan benarlah. Pertemuan yang selama ini kita rencanakan akhirnya terwujud malam itu.

Arvan datang sekitar pukul 20.00 bersama orangtua dan pamannya. Terdengar suara knalpot motornya yang khas telah tiba di depan rumahku. Aku bergegas keluar dan menyambutnya dengan gembira.


"Assalamu'alaikum neng..." Mamah Arvan menyapaku.

"Wa'alaikumsalam mah, ayo masuk"

"Selamat Ulang Tahun ya neng, semoga umurnya semakin berkah"

"Heheheh... aamiin,, makasih ya mah,, yuk masuk.."

Aku melihat Arvan tersenyum, seakan puas sudah mampu membuktikan apa yang dia katakan beberapa waktu lalu.


"Arvan bakal kasih kejutan terbaik di ulang tahun kamu tahun ini"

Dan benar saja, bagiku ini adalah ulang tahun terbaik sepanjang hidupku menjalani hubungan dengannya.

"Masuk Van, ajak bapak sama paman juga" Aku menyuruh Arvan.

Kemudian..........

hmmm maaf, aku tidak akan menceritakan secara detail bagaimana suasana pertemuan malam itu. Semua itu sudah tidak mampu lagi aku ingat. Yang aku ingat adalah......

Pertemuan malam itu adalah pertemuan pertama dan terakhir antara orangtua dia dan orangtuaku. Karena ternyata, semua yang kita lewati tidak pernah benar-benar akan memiliki episode selanjutnya.........

4 komentar:

  1. Boleh copy paste ?
    Ceritamu sama dengan ceritaku .
    Supaya rasa ini bisa terbalaskan semuanya .
    Ketika ku ceritakan kembali ceritamu .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh kak... jangan lupa mampir di episode selanjutnya..

      Hapus
    2. Terima kasih motivatorku . ❤

      Hapus
    3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus