Selasa, 12 November 2019

Kamu Pikir Semua Ini Mudah?

2018......

Sementara mantanku telah bahagia dengan kekasih barunya. Aku disini dengan segala kesedihanku berusaha untuk tegar dan bangkit. Dengan segala kerja keras melupakan semua mimpi dan harapan kita selama 7 tahun terakhir ini, yang terukir dalam hati dan pikiranku.


Saat itu, aku hanya berharap dia tersadar semua ini akan tetap baik-baik saja jika kita melanjutkan semuanya. Dan akupun berharap dia kembali dan memperbaiki semuanya,. Namun, anganku terpatahkan ketika kembali, aku sadari dia telah membuka hati dan lembaran baru dengan wanita lain.



Aku Vemia gadis 24 tahun yang patah hati ditinggalkan oleh seorang laki-laki berambut ikal dan berhidung besar bernama Arvan. Tidak mudah merasakan patah hati di usia ini, namun tidak ada yang tidak mungkin untuk meraih kebahagiaan selanjutnya.

Sejatinya, patah hati adalah salah satu cara Tuhan untuk mengajarkan kita arti dari keikhlasan dan ketulusan dalam mencintai. Patah hati adalah sebuah anugerah yang seharusnya kita tetap bangkit didalamnya. Patah hati adalah proses untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak.

            Arvan hanya seorang pegawai swasta, pendidikannya tidak setara denganku, soal agama tidak ada yang bisa diandalkan. Maaf bukan maksudku menjelekkannya, atau membeda-bedakan status sosial, maksudku laki-laki yang pernah aku cintai dan bagaimanapun pernah membuatku bahagia itu ternyata tidak ada apa-apanya. Apa yang harus aku pertahankan lagi? Aku merasa begini mungkin karena sudah tidak ada apa-apanya lagi dimataku saat ini. Emosinya tidak stabil dan sering bermasalah dengan orangtuanya.

Bagaimana bisa aku mencintai seorang Arvan?


Saat itu, begitu hebat dia dimataku.
Cinta memang buta, dan memang yang terbaik adalah seperti ini.

Ya, itulah uniknya. Etah apa yang aku cari darinya. Aku begitu hebat memperjuangkannya, hingga akhirnya dia sendiri yang memberiku bukti bahwa sebenarnya bukan dia yang pantas aku perjuangkan.


Saat itu memang begitu sulit melewati hari tanpanya. Padahal kenyataannya sehari-haripun kita jarang bertemu. Tapi entah kenapa saat itu aku merasa kehilangan separu duniaku.



***

            “Van, aku ingin kita lanjut. Kamu udah terlanjur datang dan melamar!” kataku menekan keinginan.

            “Maafin Vem! Aku ga sanggup”. Tutup Arvan tidak banyak bicara.

Saat itulah, menjadi simbol serah terima hubungan yang telah berakhir.


Sekilas terlihat mudah, namun ini sangat sulit bagi kita berdua awalnya. Namun kenyataannya perpisahan ini adalah terbaik untuk kita.


Ya kita! Karena aku tau Arvan tidak benar-benar menginginkan perpisahan ini. Dia hanya terkalahkan oleh mental yang rendah, ego yang tinggi, da rasa takut yang seharusnya bisa dia cari solusinya.

Tidak ada yang baik-baik saja ketika ditinggalkan karena suatu hal dirasa masih bisa diselesaikan. Tapi apa dayaku? Semua sudah menjadi keputusannya. Luka itu akhirnya bertambah setelah rentang waktu tiga bulan, ternyata kamu memilih untuk belajar mencintai perempuan lain.

Apa semua tentang perjuangan yang pernah kita lewati sudah benar-benar hilang dibenaknya?

Kenapa aku masih saja mengingatnya?

Bahkan ada sebuah angan-angan kamu akan berubah pikiran dan lanjutkan semuanya. Tapi kenyataannya tidak! Semakin hari aku semakin melihat bagaimana kamu dengan kekasih barumu. Bahkan kalian sudah saling mengenalkannya pada orangtua kalian masing-masing.

Waw, secepat itu Van? Dengan mudah semua pilihan itu kamu ambil. Jalan lain sudah kamu pilh. Lalu bagaimana denganku?

Berapa lama waktu yang harus aku lewati untuk melupakan kebersamaan denganmu selama 7 tahun & bulan kemarin?

Bagaimana untuk mampu merelakan dan menerima cinta yang baru?

Mungkin mudah bagimu tapi bagiku semua ini adalah luka.

Kudapati kamu bahagia dengannya. Kamu ingin duniamu mengakui keberadaan kekasih barumu. Kamu ingin keluargamu menerima kehadiran kekasih barumu. Kamu ingin aku paham kamu sudah memilihnya sekarang. Dan payahnya kamu ingin kita tetap baik-baik saja sebagai teman.

Perasaanmu dimana?


Mungkin kamu baik-baik saja karena sudah memiliki yang baru, senang, menceritakannya padaku. Tapi apa kamu tidak berfikir, siapa yang kamu ajak bicara ini? Nyatanya aku masih menjadi tempat kamu bercerita segala hal.

Aku senang, ketika kamu tidak memintaku untuk pergi menjauh. Kita tidak saling membenci, tapi hatiku tidak setuju jika semua itu tetap terjadi aku hanya akan terus terbayang sosok dan kehadiranmu dan berharap terus berharap tanpa pasti.

Kamu seperti membutuhkan aku, tapi aku rasa kamu tidak ingin kehilangannya. Menjaga perasaan agar kamu tetap bersamanya. Awal mula kamu blokir WA ku, lalu semua itu membuatmu menjauh dariku, padahal baru saja kamu memintaku untuk tidak menjauh darimu. Aku coba pahami semua kenyataan hari ini yang terjadi antara kita, ya antara aku dengan kamu.

Luka baru akhirnya kuterima kembali. Setelah kamu memutuskan untuk pergi meninggalkanku, membatalkan pernikahan kita, menghapus semua perasaanmu padaku, melupakan semua kepahitan dan kebahagiaan yang pernah kita lewati selama ini, hingga kamu memilih menjalin hubungan baru bersama dengannya dan akhirnya kini kamu putuskan untuk tidak berkomunikasi denganku. 


Untuk saat ituuu....


Luka baru ini aku rasakan sendiri, ketika aku tidak lagi tahu tentang kabarmu.


Kamu pikir semua ini mudah bagiku?


***

2 komentar:

  1. Masih ada yg typo cantik .. sedikit hhehe ...

    Menyayat hati yg awal2 aja udah nyesek ..


    Lanjutkan

    BalasHapus